"Magrib Mengaji" Budaya Masyarakat Banjar yang Terancam Hilang

Seminar “Magrib Mengaji” dilaksanakan di Aula Kayuh Baimbai Kota Banjarmasin, Kamis (3/12/2015), kerja sama Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Banjarmasin dengan Pemko Banjarmasin.

Pemaparan seminar disampaikan Drs HM Nur Maksum MS mengenai Nilai Budaya yang “Hilang” dalam Masyarakat Banjar.

Menurutnya “magrib mengaji” suatu budaya yang secara turun-temurun dalam masyarakat Banjar yang relegius tampak sudah mulai surut bahkan mungkin sudah mulai hilang.

Derasnya arus budaya global hingga memberikan dampak budaya yang negatif, harus diatasi dengan solusinya.

"Menanamkan sedini mungkin kepada anak cucu kita bahwa budaya mengaji setelah shalat magrib menjadikan anak cucu kita akan cerdas lahir dan batin," katanya.

Perlu lebih dimasyarakatkan budaya "magrib mengaji", di masjid-masjid, musala-musala/langgar.

Bahkan perlu adanya Peraturan Daerah yang mengikat untuk melestarikan nilai budaya yang hampir punah bahkan “hilang” dari masyarakat Banjar.

Penjabat Wali Kota Banjarmasin, Drs HM Thamrin MSi, berharap dengan hidup kembali kebiasaan "magrib mengaji" anak-anak dan para remaja dilingkungan sekitar kita terbina akhlaknya.

Menurut Thamrin kegiatan maghrib mengaji akan membawa dampak yang sangat positif dalam berbagai aspek di antaranya, Aspek Afektif karena mengaji secara tidak langsung mampu mempengaruhi sifat anak menjadi lebih peka terhadap sifat Ketuhanan.

Aspek Kognitif dengan menghafal surat pendek atau membaca susunan ayat Alquran akan memperkuat struktur otak kemampuan mengingat dan menggunakan daya nalar.

Aspek Psikomotorik membaca Alquran dengan tekanan dan lafal yang baik dapat meningkatkan kemampuan (skill) anak dalam bertidak dan belajar.

"Mari kita membudayakan dan menghidupkan kembali budaya mengaji setelah sholat mahgrib dalam masyarakat Banjar," imbaunya.

Sambutan Penjabat Wali Kota Banjarmasin HM Thamrin, pada kegiatan Seminar “Magrib Mengaji” Kamis (3/12/2015).

Sumber: http://banjarmasin.tribunnews.com/